Satu Waktu Dalam Sebuah Masa

image

Satu waktu dalam sebuah masa, akan ada sebuah titik waktu awal yang akan merubah sikap kita dalam menjalani waktu- waktu setelahnya. Sebagaimana terjadi di dunia ini, titik ditemukannya mesin uap membuat corong dunia berubah kea rah industri lebih besar daripada sebelum ditemukan mesin uap.

Sinar matahari perlahan meghilang di ufuk barat, memberikan suasana hangat di cakralawa sebelum gelap mengganti dengan dihiasi sinar dari bintang dan senyuman indah bulan.Yap, akhir Agustus 2011 genap usia saya menginjak 22 tahun, dan ulang tahun pertama saya yang sangat jauh dari keluarga.

Yap, ulang tahun ketika lebaran dan saat itu saya berada di perantauan (Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat). Jauh bos, transportasi susah dan kehabisan tiket buat balik ke Yogyakarta. Lalu saya harus terpaku, terdiam, termangu, bahkan sempat membeku rasa ini merasakan kesepian itu.

Bulan Agustus berlalu, lewat sudah usia 22tahunku. Maaak, aku sudah makin tua aja, semoga juga makin dewasa biar akses yang bersifat dewasa. Hushhh, jangan jorok pikiran. Hal-hal dewasa ini tentang impian.

Balik lagi ke bahasan kejadian di Agustus 2011. Hanya kejadian lebaran dan merayakan ulang tahun sendiri di tanah rantau saja yang berkesan. Namun ada satu hal yang beda, saya mulai dekat dengan seorang gadis yang saya rasa dia baik, kalem, dan menentramkan hati. Sebut nama nggak?

Daripada penasaran sebut dah, namanya singa. Hahahaha, bukan nding, namanya Asri Primandari. Komunikasi dengan dia rasanya nyaman, dan bahasan kita tentang pemikiran tentang hidup benar-benar bukan hal-hal wajar yang dibicarakan orang lain dalam bahasan hidup.

Perkenalan singkat dan membuat saya nyaman. Sampai akhirnya terucap, bersedia nggak kamu jadi partner hidupku, mama buat anak-anak kita, anak buat ibuku, kakak buat adek-adekku, dan saudara buat saudara-saudaraku. Maluuuu

Dan cinta akan membuat kehidupan menjadi lebih indah ketika memasukkannya dalam kehidupan. Dan masa-masa selanjutnya akan terasa lebih indah.

masbintoro @september 2011

*direpost tanpa ijin dari blog tuanya Eko. Postingan ini tersimpan di semarpon samsulnya Prima, dan kalau dibaca2 lagi suka bikin senyam senyum sendiri, ewww :3

Sudah, Pacaran dulu Sanah! !

image

Ini sudah bulan kesembilan kami menikah, ya, teman-teman yang menikah hampir barengan dengan kami istrinya perutnya udah pada “mining-mining” saking chubbynya. Siap mbrojol sekitar bulan depan. Kami masih bengong.

Bahkan teman yang baru menikah bulan kemarin, memamerkan “dua garis keramat” nya pada saya. Dia juga bilang kalau yang dikasih lihat pertama kali ya cuma saya. Eh, saya juga cuman bisa bengong.

Kami berdua cukup banyak menghabiskan waktu buat bengong, bingung, dan penasaran. Apa sih yang mau Allah ajarkan pada kami sekarang?

Setiap saat kami seperti diperlihatkan akan teman-teman yang mengupload foto bayi mungil mereka di jejaring sosial. Setiap saat selalu ada yang menanyakan perut saya isinya apa kok gendut gitu? (hhaaa). Kami betul-betul tidak paham kenapa kami seperti dibom bardir dengan segala sesuatu yang menjadi keinginan kami, dan di satu sisi kami belum juga diamanahi keinginan itu.

Seorang ibu di kantor pun akhirnya pernah berucap pada saya, “Udah, kalian nikmatin aja dulu. Pacaran dulu, berdua-duaan. Nanti kalau sudah punya baby, semuanya bakalan beda. Perhatian sama pasangan berkurang karena baby, badan kamu juga beda dari sebelum lairan. Dinikmatin dulu. Yang santai.”

Well, kata-kata beliau lumayan jadi pendingin hati waktu itu dan saya pikir emang ada benarnya juga. Kami berdua ini walaupun sebelum nikah sudah pacaran satu setengah tahun, tapi malah kayak ga pacaran. Sampai sekarang pun kami berdua adalah pelaku LDR. Jadi ya untuk bertemu fisik dan pendekatan secara fisik sangat terbatas. Bisa dihitung jari lah.

Sementara yang namanya bahtera pernikahan itu alangkah sempurnanya bila selalu berdampingan. Karena setelah nikah pun kita masih harus belajar saling mengerti dengan pasangan kita. Terutama saya yang selama ini terbiasa mandiri sebagai anak kosan dan hanya memikirkan diri sendiri, harus belajar mencukupkan kebutuhan keluarga saya.

Menikah itu tidak mudah, tidak hanya bermesraan melulu seperti di ftv. Susah senang kita hadapi bersama pasangan. Mulai dari bokek sampai makan mewah, kita rasakan bersama.

Itu baru berdua saja dengan suami atau istri. Bagaimana kalau nanti sudah ada anak? Mau makan bakso pinggir jalan berdua saja cari waktunya susah lho. Tidak hanya memikirkan kebutuhan untuk pasangan saja, kita juga harus memikirkan kebutuhan penerus tahta kita ini. Wah waah, pasti seru seru rempong lah ya. Dan itu semua ladang pahala kita lho. Walau rempong, tapi pahalanya besaaarrr.

Makanya, ya benar juga kata si ibu kalau kita manfaatin aja buat pacaran. Buat seneng-seneng lah.

Sebelum diberikan amanah yang begitu besar, anak-anak yang hebat, soleh dan solehah, sepertinya Allah ingin memberi waktu pada kami untuk belajar sebanyak-banyaknya. Belajar untuk menjadi orang tua yang hebat untuk mengimbangi anak-anak yang hebat juga, belajar untuk menelusuri arti kehidupan, belajar bersabar, bertawakal, mengenal Beliau lebih dalam sebagai bekal kami nanti untuk diajarkan kepada ksatria mungil kami.

Kami sudah tidak lagi bengong karena Allah Maha Baik karena memberikan waktu belajar pada kami berdua terutama belajar untuk bersabar. Jujur kami berdua adalah orang dengan temperamen yang labil dan emosi yang kadang menggebu-gebu. Dari sini kami belajar untuk menahan emosi, meminimalisir berucap, dan bersabar menunggu Allah mengabulkan apa yang kami minta.

Sampai nanti kami menggandeng para ksatria kecil itu, entah sudah sehebat apa kami nanti, sudah sebanyak apa yang Allah berikan pada kami. Kami yakin kalau Allah akan memberikan amanah pada hambaNya yang memang “sudah siap dan pantas” untuk diberi amanah tersebut. Allah sedang menempa kami untuk menjadi pantas. Alhamdulillah.

Doa-doa keluarga hebat kami pun tetap terucap setiap waktu, tapi akhirnya kami pasrahkan hanya pada-Nya yang lebih tahu apa-apa tentang kami, ciptaanNya yang maha kecil ini.

Yuk yaya, kita pacaran dulu. :3
*nenteng kamera plesiran keliling jogja

— Prima
Di masa hebat penantianmu, Zia