Sudah, Pacaran dulu Sanah! !

image

Ini sudah bulan kesembilan kami menikah, ya, teman-teman yang menikah hampir barengan dengan kami istrinya perutnya udah pada “mining-mining” saking chubbynya. Siap mbrojol sekitar bulan depan. Kami masih bengong.

Bahkan teman yang baru menikah bulan kemarin, memamerkan “dua garis keramat” nya pada saya. Dia juga bilang kalau yang dikasih lihat pertama kali ya cuma saya. Eh, saya juga cuman bisa bengong.

Kami berdua cukup banyak menghabiskan waktu buat bengong, bingung, dan penasaran. Apa sih yang mau Allah ajarkan pada kami sekarang?

Setiap saat kami seperti diperlihatkan akan teman-teman yang mengupload foto bayi mungil mereka di jejaring sosial. Setiap saat selalu ada yang menanyakan perut saya isinya apa kok gendut gitu? (hhaaa). Kami betul-betul tidak paham kenapa kami seperti dibom bardir dengan segala sesuatu yang menjadi keinginan kami, dan di satu sisi kami belum juga diamanahi keinginan itu.

Seorang ibu di kantor pun akhirnya pernah berucap pada saya, “Udah, kalian nikmatin aja dulu. Pacaran dulu, berdua-duaan. Nanti kalau sudah punya baby, semuanya bakalan beda. Perhatian sama pasangan berkurang karena baby, badan kamu juga beda dari sebelum lairan. Dinikmatin dulu. Yang santai.”

Well, kata-kata beliau lumayan jadi pendingin hati waktu itu dan saya pikir emang ada benarnya juga. Kami berdua ini walaupun sebelum nikah sudah pacaran satu setengah tahun, tapi malah kayak ga pacaran. Sampai sekarang pun kami berdua adalah pelaku LDR. Jadi ya untuk bertemu fisik dan pendekatan secara fisik sangat terbatas. Bisa dihitung jari lah.

Sementara yang namanya bahtera pernikahan itu alangkah sempurnanya bila selalu berdampingan. Karena setelah nikah pun kita masih harus belajar saling mengerti dengan pasangan kita. Terutama saya yang selama ini terbiasa mandiri sebagai anak kosan dan hanya memikirkan diri sendiri, harus belajar mencukupkan kebutuhan keluarga saya.

Menikah itu tidak mudah, tidak hanya bermesraan melulu seperti di ftv. Susah senang kita hadapi bersama pasangan. Mulai dari bokek sampai makan mewah, kita rasakan bersama.

Itu baru berdua saja dengan suami atau istri. Bagaimana kalau nanti sudah ada anak? Mau makan bakso pinggir jalan berdua saja cari waktunya susah lho. Tidak hanya memikirkan kebutuhan untuk pasangan saja, kita juga harus memikirkan kebutuhan penerus tahta kita ini. Wah waah, pasti seru seru rempong lah ya. Dan itu semua ladang pahala kita lho. Walau rempong, tapi pahalanya besaaarrr.

Makanya, ya benar juga kata si ibu kalau kita manfaatin aja buat pacaran. Buat seneng-seneng lah.

Sebelum diberikan amanah yang begitu besar, anak-anak yang hebat, soleh dan solehah, sepertinya Allah ingin memberi waktu pada kami untuk belajar sebanyak-banyaknya. Belajar untuk menjadi orang tua yang hebat untuk mengimbangi anak-anak yang hebat juga, belajar untuk menelusuri arti kehidupan, belajar bersabar, bertawakal, mengenal Beliau lebih dalam sebagai bekal kami nanti untuk diajarkan kepada ksatria mungil kami.

Kami sudah tidak lagi bengong karena Allah Maha Baik karena memberikan waktu belajar pada kami berdua terutama belajar untuk bersabar. Jujur kami berdua adalah orang dengan temperamen yang labil dan emosi yang kadang menggebu-gebu. Dari sini kami belajar untuk menahan emosi, meminimalisir berucap, dan bersabar menunggu Allah mengabulkan apa yang kami minta.

Sampai nanti kami menggandeng para ksatria kecil itu, entah sudah sehebat apa kami nanti, sudah sebanyak apa yang Allah berikan pada kami. Kami yakin kalau Allah akan memberikan amanah pada hambaNya yang memang “sudah siap dan pantas” untuk diberi amanah tersebut. Allah sedang menempa kami untuk menjadi pantas. Alhamdulillah.

Doa-doa keluarga hebat kami pun tetap terucap setiap waktu, tapi akhirnya kami pasrahkan hanya pada-Nya yang lebih tahu apa-apa tentang kami, ciptaanNya yang maha kecil ini.

Yuk yaya, kita pacaran dulu. :3
*nenteng kamera plesiran keliling jogja

— Prima
Di masa hebat penantianmu, Zia

2 thoughts on “Sudah, Pacaran dulu Sanah! !

  1. Sajake iki postingan pas galau :p
    Tenang say, semua orang itu diuji kok, cuma beda-beda aja bentuknya. Emang sih kita seringkali merasa silau dengan kebahagiaan orang lain, padahal Allaah saat ini ngasih kita kebahagiaan yang tak kalah besar. Ini aku ga lagi nasehatin kamu lho ya, aku sedang nasehatin diri sendiri yang sampai saat ini juga masih suka nggresulo.

    Kita diuji sama Allaah dengan jauh dari pasangan, ditambah lagi belum dikasih momongan. Dan aku menjalani itu 2,5th. Jadi aku cukup paham dengan perasaanmu saat ini. Wong dulu aku yo sok lebay. hehehe. Tapi ketika saat ini Allaah kasih aku amanah itu aku jadi memahami kenapa Allaah kok ngasihnya sekarang, bukan dulu-dulu langsung pas habis nikah. Intinya hikmahnya banyaaak banget.

    Oiya, setelah punya anak pun ujian juga banyak lho say. Mulai dari ketika anak sakit,ketika duit habis buat berobat anak, ketika perkembangan anak kita semacam ga sama kayak anak lain, dll. Kayak aku ini, sampai sekarang aku juga iri sama teman-teman yang Allaah kasih kemudahan untuk menyusui anaknya, sedangkan kami harus diuji dengan Asma yang bingung puting. Belum masalah biaya untuk beli susu yang ga sedikit. Kadang suka merasa bersalah sama mas dimas, andai aku bisa menyusui pasti kami bisa lebih ngirit. Tapi ya sudah, aku mulai berdamai dengan keadaan. Allaah telah memberi kami sebuah pelajaran berharga, dengan begini akan kami jadikan pengingat ke depannya.

    Saling mendoakan ya, Allaah saat ini sedang ngasih sebaik-baik pelajaran buat kita, semoga kita bisa menjadi sebaik-baik pemetik hikmahnya 🙂

Leave a comment